Jumat, 21 September 2012

KAMPUS (ku) YANG MENGKHIANATI DEMOKRASI (melawan atau mati miskin,karena diam adalah pengkhianatan )



Hidup Mahasiswa..
Hidup Mahasiswa..

Salam DEMOKRASI ........
Sebelum saya merangkai kata-kata ini menjadi sebuah kalimat saya telah berfikir,sebelum kalimat-kalimat ini saya rangkai menjadi sebuah tulisan saya juga telah berfikir dan ketika tulisan ini saya rangkai dengan semangat cita-cita pejuangan reformasi bahkan lagi-lagi saya telah berfikir. Yaitu berfikir untuk saatnya melawan ketidak adilan dan melawan pengkhianatan terhadap cita-cita kemerdekaan dan semangat reformasi.

Kampus adalah miniatur negara dimana mahasiswa berperan aktif dalam menjalankan perannya sebagai sejatinya mahasiswa.Namun Satu hal yang harus kita ketahui bersama bahwa kampusku telah mengkhianati demokrasi bangsa indonesia dengan  tidak mengakui organisasiku SOLIDARITAS MAHASISWA HUKUM UNPAB berada di fakultas hukum unpab. Sebuah stetmen yang sangat sedih dan miris bagi kami yang berada dalam keluarga besar SOLIDARITAS MAHASISWA HUKUM UNPAB. Ketika saat ini bangsa kita telah berada ditengah perjalanan menuju cita-cita kemerdekaan dengan semangat reformasi,hari ini pengkhianatan terhadap demokrasi tersebut yaitu kebebasan untuk berorganisasi dibatasi dengan keluarnya stetmen yang pihak kampus sendiri tidak mengkomfirmasi tentang hal itu  kepada keluarga besar SMH. Ini adalah sebuah tindakan tercela dan tidak manusiawi.dimana kampus ku memiliki 7 nilai dasar yang selalu di agung-agungkan ..
NAMUN,,, ????
Ya,,!!!
 Kondisi ini tercipta akibat ketidak mampunan birokrasi kampus untuk bertindak profesional dan tidak mengerti tentang berorganisasi dan tidak memahami keinginan mahasiswa. Bagi mahasiswa sendiri organisasi adalah wadah untuk menunjang intelektualitas dan membangun karakter seseorang untuk bisa menemukan jati dirinya sebagai mahasiswa.
Mahasiswa adalah kaum intelektual dimana mahasiswa sendiri berfungsi sebagai agen of changes ( agen perubahan), perubahan untuk melanjutkan cita-cita kemerdekaan adalah Tanggung jawab besar yang berada pada pundak mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa.

Yang menjadi pertanyaan adalah,,??
dimana letak keintelektualan para birokrasi fakultas hukum dengan dikeluarkannya stetmen tertanggal 19 september 2012 tersebut..???

Bila ditinjau dari aspek hukumnya,birokrasi fakultas hukum telah melanggar UUD 1945 Pasal 28 E (3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. Dalam hal ini negara republik indonesia mengakui dan menghargai rakyatnya untuk berorganisasi. Namun Ketika kampusku berani mengeluarkan stetmen di mading kampus ini adalah salah satu bentuk pengkhianatan demokrasi dan melanggar hak asasi manusia dimana dalam UU HAM  NO.39 TAHUN 1999 Pasal 24 (1). Setiap orang berhak untuk berkumpul, berapat, dan berserikat untuk maksud-maksud damai.

Flash back kebelakang beberapa waktu yang lalu pada saat pembukaan charakter building mahasiswa baru TA.2012. Pada saat itu aku terinspisari oleh ucapan yang keluar dari BAPAK KASDAM  I  BUKIT BARISAN. Inti dari ucapannya Beliau adalah “Mahasiswa harus bertipekan general flash dimana mahasiswa harus aktif dalam berorganisasi,karna dengan berorganisasi mahasiswa bisa menemukan karakter dan jati dirinya. Organisasi juga membangun net work untuk mahasiswa jangan ada pembatasan dan perbedaan terhadap mahasiswa ”
Semangat ku semangin kuat ketika dalam acara tersebut BAPAK PR 4  mengatakan kepada mahasiswa yang ada pada acara tersebut. Inti dari ucapan Beliau adalah ”mahasiswa harus kritis,saat ini mahasiswa tidak ada yang kritis ketika ada sebuah kebijakan yang kebijakan itu tidak relevan seharusnya disinilah peran mahasiswa untuk berfikir bijak”.


Dilematis memang melihat situasi yang carut marut seperti ini ketika demokrasi sebagai seharusnya sebagai ajang untuk memajukan bangsa dan negara namun KAMPUS (ku) YANG MENGKHIANATI DEMOKRASI. Namun bagi kami inilah saatnya MELAWAN ATAU MATI MISKIN KARNA DIAM ADALAH PENGKHIANATAN.

SALAM DEMOKRASI,,,
HIDUP MAHASISWA ...
HIDUP SOLIDARITAS MAHASISWA HUKUM UNPAB...

Sabtu, 23 Juni 2012

Teks Pidato Bung Tomo

Bismillahirrohmanirrohim..
MERDEKA!!!

Saudara-saudara rakyat jelata di seluruh Indonesia
terutama saudara-saudara penduduk kota Surabaya
kita semuanya telah mengetahui bahwa hari ini
tentara inggris telah menyebarkan pamflet-pamflet
yang memberikan suatu ancaman kepada kita semua
kita diwajibkan untuk dalam waktu yang mereka tentukan
menyerahkan senjata-senjata yang telah kita rebut dari tangannya tentara jepang
mereka telah minta supaya kita datang pada mereka itu dengan mengangkat tangan
mereka telah minta supaya kita semua datang pada mereka itu dengan membawa bendera puitih tanda bahwa kita menyerah kepada mereka
Saudara-saudara
di dalam pertempuran-pertempuran yang lampau kita sekalian telah menunjukkan
bahwa rakyat Indonesia di Surabaya
pemuda-pemuda yang berasal dari Maluku
pemuda-pemuda yang berawal dari Sulawesi
pemuda-pemuda yang berasal dari Pulau Bali
pemuda-pemuda yang berasal dari Kalimantan
pemuda-pemuda dari seluruh Sumatera
pemuda Aceh, pemuda Tapanuli, dan seluruh pemuda Indonesia yang ada di surabaya ini
di dalam pasukan-pasukan mereka masing-masing
dengan pasukan-pasukan rakyat yang dibentuk di kampung-kampung
telah menunjukkan satu pertahanan yang tidak bisa dijebol
telah menunjukkan satu kekuatan sehingga mereka itu terjepit di mana-mana
hanya karena taktik yang licik daripada mereka itu saudara-saudara
dengan mendatangkan presiden dan pemimpin2 lainnya ke Surabaya ini
maka kita ini tunduk utuk memberhentikan pentempuran
tetapi pada masa itu mereka telah memperkuat diri
dan setelah kuat sekarang inilah keadaannya
Saudara-saudara kita semuanya
kita bangsa indonesia yang ada di Surabaya ini
akan menerima tantangan tentara inggris itu
dan kalau pimpinan tentara inggris yang ada di Surabaya
ingin mendengarkan jawaban rakyat Indoneisa
ingin mendengarkan jawaban seluruh pemuda Indoneisa yang ada di Surabaya ini
dengarkanlah ini tentara inggris
ini jawaban kita
ini jawaban rakyat Surabaya
ini jawaban pemuda Indoneisa kepada kau sekalian
hai tentara inggris
kau menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera putih untuk takluk kepadamu
kau menyuruh kita mengangkat tangan datang kepadamu
kau menyuruh kita membawa senjata2 yang telah kita rampas dari tentara jepang untuk diserahkan kepadamu
tuntutan itu walaupun kita tahu bahwa kau sekali lagi akan mengancam kita
untuk menggempur kita dengan kekuatan yang ada
tetapi inilah jawaban kita:
selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah
yang dapat membikin secarik kain putih merah dan putih
maka selama itu tidak akan kita akan mau menyerah kepada siapapun juga

Saudara-saudara rakyat Surabaya, siaplah! keadaan genting!
tetapi saya peringatkan sekali lagi
jangan mulai menembak
baru kalau kita ditembak
maka kita akan ganti menyerang mereka itukita tunjukkan bahwa kita ini adalah benar-benar orang yang ingin merdeka
Dan untuk kita saudara-saudara
lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka
semboyan kita tetap: merdeka atau mati!
Dan kita yakin saudara-saudara
pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita
sebab Allah selalu berada di pihak yang benar
percayalah saudara-saudara
Tuhan akan melindungi kita sekalian
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!
MERDEKA!!!

Mahasiswa Berbagi Bunga Sambut Hari Anti Korupsi - ANTARA Sumut : Portal Berita Orang Sumut

Mahasiswa Berbagi Bunga Sambut Hari Anti Korupsi - ANTARA Sumut

Senin, 18 Juni 2012

Tri Dharma Perguruan Tinggi

   
Hakekat pembangunan nasional seperti yang tertera dalam Garis - Garis Besar Haluan Negara (GBHN) adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Dengan demikian pembentukan masyarakat Indonesia yang modern menjadi tujuan utama dari pembangunan nasional kita. Pembentukan masyarakat modern menyangkut perubahan-perubahan nilai dan sikap yang bersendikan nilai-nilai pancasila.

Ciri-ciri manusia antara lain adalah lebih mudah menerima dan menyesuaikan diri kepada perubahan-perubahan, ahli dalam menyatakan pendapat, memiliki rasa tanggung jawab, berorientasi ke masa depan, mempunyai kesadaran mengenai waktu, organisasi, teknologi dan ilmu pengetahuan.

Dalam proses pembentukan manusia modern, salah satu unsur pokok yang mempunyai peranan penting adalah perguruan tinggi sebagai jenjang tertinggi dalam sistem pendidikan formal dinegara kita, yang hendaknya dapat menghasilkan tenaga-tenaga ahli yang memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai lembaga yang melaksanakan pendidikan tinggi, perguruan tinggi mempunyai tiga fungsi sebagai berikut :
1.
PENDIDIKAN
2.
PENELITIAN
3.
PENGABDIAN PADA MASYARAKAT


Ketiga fungsi tersebut lebih dikenal sebagai TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI

Selasa, 05 Juni 2012

orang laut


Orang Laut
Daripada Wikipedia, ensiklopedia bebas.

Perkampungan Orang Laut di Kepulauan Riau.
Istilah Orang Laut secara umumnya merangkumi pelbagai jenis suku dan kelompok kecil yang mendiami persisiran pantai dan pulau-pulau luar persisir di selatan Semenanjung Malaysia, timur Pulau Sumatera serta pulau-pulau dan muara sungai di Kepulauan Riau-Lingga, Kepulauan Batam, Pulau Tujuh dan Pulau Singapura.[1] Mereka adalah penduduk pribumi di selatan Semenanjung Malaysia, Singapura dan timur Pulau Sumatera, Indonesia.
Orang Laut tinggal di dalam sejenis rumah perahu yang dipanggil 'sampan panjang'. Mereka lebih gemar tinggal di dalam sampan panjang di permukaan laut daripada hidup di atas darat.[2] Malahan mereka juga sering berpindah-randah dan berkelana dari satu tempat ke satu tempat yang lain.
Kaum Orang Laut memiliki banyak persamaan dengan orang Melayu dari segi kebudayaan dan bahasa. Bahasa kaum ini dikenali sebagaibahasa Orang Laut yang merangkumi pelbagai jenis loghat suku. Mereka pada umumnya mencari rezeki dengan bekerja sebagai nelayan.
Isi kandungan
·         1 Sejarah Silam Orang Laut
·         3 Suku-Suku Orang Laut
·         5 Tokoh-Tokoh Orang Laut
·         6 Orang Laut Dan Orang Darat
·         7 Rujukan
·         8 Pautan Luar
[sunting]Sejarah Silam Orang Laut
[sunting]Zaman Kerajaan Srivijaya
Suatu ketika dahulu, Orang Laut digelar sebagai Orang Lanun atau Orang Selat kerana sebelum mereka menumpukan kesetiaan terhadap Kerajaan Srivijaya, mereka pada asalnya adalah sekumpulan lanun yang menguasai sekitar perairan Selat Melaka.
Orang Laut memainkan peranan penting dalam pemerintahan Kerajaan Srivijaya, Kesultanan Melaka dan Kesultanan Johor-Riau. Hubungan rapat di antara Orang Laut dengan ketiga-tiga buah keluarga diraja tersebut telah pun terjalin sejak di awal zaman kerajaan Srivijaya lagi.
Orang Laut juga dikenali sebagai golongan yang sangat setia kepada keluarga diraja Srivijaya. Malah selepas kejatuhan Srivijaya pada tahun 1025, Orang Laut masih meneruskan kesetiaan mereka terhadap Parameswara iaitu putera raja Srivijaya (Palembang) yang terakhir.
[sunting]Zaman Kesultanan Melaka
Selepas Kerajaan Srivijaya musnah akibat serangan Raja Rajendra Chola I dari India, Parameswara bersama para pengikutnya termasuk Orang Laut mendirikan Kesultanan Melaka di Semenanjung Tanah Melayu. Ketika Melaka mencapai zaman kegemilangannya, Orang Laut merupakan pendukung utama kepada kerajaan maritim tersebut.
Setelah kejatuhan Kesultanan Melaka akibat serangan penjajah Portugis, Orang Laut masih tetap meneruskan kesetiaan mereka terhadap Sultan Melaka yang terakhir iaitu Sultan Mahmud Shah. Mereka telah membantu sultan tersebut mendirikan Kesultanan Johor-Riau di selatan Semenanjung Tanah Melayu.
[sunting]Zaman Kesultanan Johor-Riau
Setelah Kesultanan Melaka musnah akibat serangan penjajah Portugis, Sultan Melaka yang terakhir iaitu Sultan Mahmud Shah bersama para pengikutnya termasuk Orang Laut mendirikan Kesultanan Johor-Riau dengan ibu kotanya berpusat di Pulau Bentan. Tidak berapa lama kemudian, tentera Belanda telah berjaya merampas negeri Melaka dari tangan penjajah Portugis.
Setelah Melaka berjaya ditawan, pihak Belanda berniat untuk menyerang Kesultanan Johor-Riau yang mulai bangkit dan menyaingi Melaka sebagai pusat perdagangan utama di rantau ini. Maka Sultan Johor mengambil tindakan dengan mengancam pihak Belanda untuk memerintahkan Orang Laut supaya berhenti memberikan perlindungan ke atas kapal-kapal Belanda.
Pada tahun 1699, waris terakhir Wangsa Srivijaya - Melaka - Johor-Riau iaitu Sultan Mahmud Syah II telah mangkat setelah dibunuh olehLaksamana Bentan yang bernama Megat Seri Rama. Memandangkan baginda masih belum berkahwin dan tidak memiliki sebarang zuriat, maka Bendahara Johor iaitu Tun Abdul Jalil telah melantik dirinya sendiri sebagai Sultan Johor-Riau yang baru dengan gelaran Sultan Abdul Jalil IV. Walau bagaimanapun, perlantikan Bendahara Tun Abdul Jalil sebagai Sultan Johor-Riau tidak diakui oleh Orang Laut. Mereka mengesyaki keluarga Bendahara Johor turut terlibat di dalam pembunuhan tersebut.
Pada tahun 1718, seorang petualang dari Minangkabau bernama Raja Kecil telah menuntut hak ke atas takhta kerajaan Johor-Riau dengan mengakui dirinya sebagai waris Sultan Mahmud Shah II yang sah. Orang Laut dan para pembesar Johor memberikan sokongan kepada Raja Kecil dengan membantunya merampas kuasa dari Sultan Abdul Jalil IV. Setelah berjaya merampas kuasa, Raja Kecil melantik dirinya sendiri sebagai Sultan Johor-Riau yang ke-12 dengan gelaran Sultan Abdul Jalil Rahmat Shah.
Namun begitu, dengan sokongan dan bantuan dari lima putera Bugis bersaudara - Daeng Perani, Daeng Menambun, Daeng Merewah, Daeng Chelak and Daeng Kemasi - putera kepada Sultan Abdul Jalil IV iaitu Raja Sulaiman telah berjaya merampas kembali takhta kerajaan Johor-Riau. Raja Sulaiman telah dinobatkan sebagai Sultan Johor-Riau yang ke-13 dengan gelaran Sultan Sulaiman Badrul Alam Shah. Raja Kecil pula akhirnya telah diusir keluar dari wilayah Johor-Riau.
Setelah diusir, Raja Kecil telah mendirikan Kesultanan Siak Sri Inderapura di Sumatera dengan bantuan Orang Laut dari suku Bentan dan suku Bulang. Pada abad ke-18, peranan Orang Laut sebagai penjaga keamanan di Selat Malaka untuk Kesultanan Johor-Riau telah mula digantikan oleh orang-orang Bugis secara perlahan-lahan.
[sunting]Tugas dan Peranan Orang Laut
Tugas umum Orang Laut ialah mengawal kawasan sempadan laut, mengusir lanun-lanun, memimpin para pedagang ke pelabuhan yang ingin mereka tujui dan mengekalkan kekuasaan pelabuhan-pelabuhan tersebut di dalam kawasannya. [3]
Walau bagaimanapun, setiap suku dari kaum Orang Laut telah diberi peranan khas masing-masing oleh Kerajaan Srivijaya, Kesultanan Melaka dan Kesultanan Johor-Riau agar pemerintahan kerajaan berjalan dengan lebih lancar.
Antara tugas-tugas khas yang dilakukan oleh setiap suku dari kaum Orang Laut ialah menjadi tentera kerajaan, tukang-tukang kayu, tukang-tukang senjata, pengayuh kapal-kapal perang, penjaga anjing-anjing perburuan dan pembawa surat-surat raja ke negara-negara jiran.
[sunting]Suku-Suku Orang Laut
Istilah Orang Laut secara umumnya merangkumi pelbagai jenis kelompok suku pribumi di selatan Semenanjung Malaysia, Singapura dan timur Pulau Sumatera, Indonesia. Jumlah sebenar suku-suku yang tergolong di dalam kaum Orang Laut tidak diketahui kerana tiada catatan sejarah lengkap mengenainya.
Kebanyakan suku-suku Orang Laut yang pernah wujud suatu ketika dahulu kini tidak lagi wujud pada zaman sekarang. Golongan ini telah memeluk agama Islam dan berasimilasi dengan masyarakat Melayu melalui perkahwinan. Situasi ini boleh dilihat di Singapura dimana masyarakat Orang Laut di pulau tersebut telah 'lenyap' akibat proses asimilasi dengan orang Melayu.
Walau bagaimanapun, masih terdapat segelintir suku-suku Orang Laut yang kekal wujud hingga ke hari ini. Saki-baki kumpulan Orang Laut ini boleh ditemui di Malaysia, Indonesia dan Thailand. Golongan ini berjaya mengekalkan kewujudan suku masing-masing kerana kurang berhubung dengan masyarakat luar.
Berikut adalah sejarah mengenai setiap suku di dalam kaum Orang Laut (sama ada yang masih wujud mahupun yang telah pupus):-
Nama Suku
Sejarah
Mah Meri (Orang Laut)
Salah satu suku Orang Laut yang dipercayai berasal dari pulau-pulau di selatan negeri Johor. Suku ini masih wujud di Malaysia. Gelaran yang diberikan oleh masyarakat luar kepada suku Mah Meri ialah ‘Orang Laut’.
Hampir kesemua suku Mah Meri tinggal di sepanjang "coast" di selatan negeri Selangor (dari Sungai Pelek hinggalah ke Pulau Carey), meskipun terdapat segelintir suku tersebut yang tinggal di seberang Sungai Klang. Memandangkan kawasan penempatan mereka berhampiran dengan laut, maka sumber ekonomi utama mereka adalah melalui hasil laut.
Baru-baru ini, mereka mula memasuki sektor perladangan disamping kegiatan kebudayaan dan seni kraftangan yang menjadi identiti suku tersebut. Kini kerajaan Malaysia telah mengkategorikan suku Mahmeri sebagai salah satu dari 18 buah suku yang membentuk kaum Orang Asli di Malaysia.
Orang Barok.
Salah satu suku Orang Laut yang dipercayai berasal dari Pulau Lipan dan Pulau Singkep di Kepulauan Riau, Indonesia. Salah satu kisah rakyat Indonesia yang dikaitkan dengan suku ini ialah ‘Sumpah Orang Barok’. Kisah rakyat ini sangat terkenal di Wilayah Riau, Indonesia.
ORANG MUKA KUNING.
Orang Muka Kuning ialah salah satu suku Orang Laut yang berasal dari Muka Kuning di Pulau Batam, sebuah pulau kecil yang terletak di Wilayah Kepulauan Riau, Indonesia. Walau bagaimanapun, suku ini dipercayai telah pupus setelah berasimilasi dengan masyarakat Melayu melalui perkahwinan.
ORANG AKIK.
Orang Akik ialah salah satu suku Orang Laut yang dipercayai berasal dari negeri Johor di Semenanjung Malaysia. Penjajahan British ke atas negeri Johor dipercayai menjadi punca yang membawa kepada penghijrahan suku Orang Akik ke Wilayah Riau, Indonesia.
Orang Akik dahulunya tinggal di dalam sampan panjang dan hidup secara nomad di laut. Walau bagaimanapun, kini mereka telah menetap di kawasan pedalaman hutan Sumatera. Oleh sebab itu, kerajaan Indonesia telah mengkategorikan Orang Akik sebagai salah satu suku kaum Orang Darat. "Jaga haluan, jangan halau jalan orang lain!" merupakan salah satu falsafah hidup Orang Akik.
Orang Bentan.
Salah satu suku Orang Laut yang dipercayai berasal dari Pulau Bintan di Kepulauan Riau, Indonesia. Mereka memainkan peranan penting sebagai tentera kerajaan dalam masyarakat Kesultanan Johor-Riau.
Orang Bentan tidak mengakui perlantikan Bendahara Tun Abdul Jalil sebagai Sultan Johor-Riau bagi menggantikan Sultan Mahmud Syah II yang mangkat tanpa waris. Mereka mengesyaki keluarga bendahara turut terlibat di dalam pembunuhan Sultan Mahmud Syah II.
Raja Kecil dari Minangkabau telah menuntut takhta kerajaan Johor-Riau dengan mendakwa dirinya adalah waris sah Sultan Mahmud Syah II. Orang Bentan yang tidak suka kepada keluarga bendahara telah membantu Raja Kecil merampas kuasa dari Bendahara Tun Abdul Jalil (Sultan Abdul Jalil IV).
Setelah 4 tahun memerintah, Raja Kecil akhirnya berjaya digulingkan oleh waris Sultan Abdul Jalil IV iaitu Raja Sulaiman. Raja Kecil telah dihalau keluar dari wilayah Johor-Riau. Dengan bantuan Orang Bentan, beliau mendirikan Kesultanan Siak di Sumatera. Suku ini sudah pupus setelah berasimilasi dengan masyarakat Melayu melalui perkahwinan.
Orang Biduanda Kallang.
Salah satu suku Orang Laut yang dipercayai berasal dari Kallang, Singapura. Orang Biduanda Kallang adalah penduduk pribumi Singapura dan antara yang terawal menetap di pulau tersebut.
Ketika Stamford Raffles pertama kali mendarat di Singapura pada 1819, terdapat kira-kira sejumlah 500 Orang Biduanda Kallang di pulau tersebut. Kawasan penempatan mereka tertumpu di sekitar paya di muara Sungai Kallang dan Sungai Singapura.
Pada tahun 1824, Temenggung Johor telah memindahkan hampir kesemua Orang Biduanda Kallang ke Sungai Pulai di negeri Johor. Jumlah yang dipindahkan adalah merangkumi kira-kira 100 buah keluarga. Walau bagaimanapun, kebanyakan daripada mereka telah mati akibat dijangkiti wabak penyakit cacar pada 1847.
Serangan wabak tersebut telah menjadikan jumlah ahli suku tersebut hanya tinggal 40 orang sahaja. Pada pertengahan abad ke-20, ramai dikalangan mereka yang telah meninggalkan kehidupan nomad di laut dengan menetap di sepanjang tepi pantai. Orang Biduanda Kallang pupus pada tahun 1848 setelah berasimilasi dengan masyarakat Melayu melalui perkahwinan.
Orang Bulang.
Salah satu suku Orang Laut yang dipercayai berasal dari Pulau Bulang di Kepulauan Riau. Indonesia. Mereka memainkan peranan penting sebagai tentera kerajaan dalam masyarakat Kesultanan Johor-Riau.
Orang Bulang tidak mengakui perlantikan Bendahara Tun Abdul Jalil sebagai Sultan Johor-Riau bagi menggantikan Sultan Mahmud Syah II yang mangkat tanpa waris. Mereka mengesyaki keluarga bendahara turut terlibat di dalam pembunuhan Sultan Mahmud Syah II.
Raja Kecil dari Minangkabau telah menuntut takhta kerajaan Johor-Riau dengan mendakwa dirinya adalah waris sah Sultan Mahmud Syah II. Orang Bulang yang tidak suka kepada keluarga bendahara telah membantu Raja Kecil merampas kuasa dari Bendahara Tun Abdul Jalil (Sultan Abdul Jalil IV).
Setelah 4 tahun memerintah, Raja Kecil akhirnya berjaya digulingkan oleh waris Sultan Abdul Jalil IV iaitu Raja Sulaiman. Raja Kecil telah dihalau keluar dari wilayah Johor-Riau. Dengan bantuan Orang Bulang, beliau mendirikan Kesultanan Siak di Sumatera. Suku ini sudah pupus setelah berasimilasi dengan masyarakat Melayu melalui perkahwinan.
Orang Galang.
Salah satu suku Orang Laut yang dipercayai berasal dari Pulau Galang dan Pulau Galang-baru di Kepulauan Riau, Indonesia. Mereka memainkan peranan penting sebagai tentera kerajaan dalam masyarakat Kesultanan Johor-Riau. Suku ini sudah pupus setelah berasimilasi dengan masyarakat Melayu melalui perkahwinan.
Orang Gelam.
Salah satu suku Orang Laut yang dipercayai berasal dari Kampong Glam, Singapura. Orang Selat adalah penduduk pribumi Singapura dan antara yang terawal menetap di pulau tersebut. Mereka memainkan peranan penting sebagai pengayuh kapal-kapal perang dalam masyarakat Kesultanan Johor-Riau.
Menurut catatan Abdullah Bin Kadir - seorang guru bahasa yang dikatakan rapat dengan Stamford Raffles - Kampong Glam dahulunya dikenali sebagai Kampong Gelam. Tempat tersebut dinamakan bersempena nama pokok gelam. Menurutnya lagi, di penghujung Kampong Gelam terdapat dua atau tiga pondok milik suku Orang Gelam. Mereka banyak menghabiskan masa dengan membuat anyaman yang diperbuat dari kulit pokok gelam.
Orang Gelam yang tinggal di sepanjang Sungai Singapura bekerja sebagai tukang kapal untuk kapal-kapal dagang manakala kaum wanita mereka pula menjual buah-buahan di atas sampan panjang. Suku ini sudah pupus setelah berasimilasi dengan masyarakat Melayu melalui perkahwinan.
Orang Kanaq.
Salah satu suku Orang Laut yang dipercayai berasal dari Kepulauan Riau, Indonesia. Mereka dikatakan telah melarikan diri ke negeri Johor di Semenanjung Malaysia setelah menerima ancaman dari tentera Belanda.
Orang Kanaq kini menetap di Kampung Sungai Selangi, Mawai, daerah Kota Tinggi, Johor. Jumlah suku tersebut kini hanya tinggal kira-kira 83 orang sahaja. Selain beragama Islam, bahasa pertuturan mereka seakan-akan bahasa Melayu dengan lenggok bahasa yang agak kasar. Kini kerajaan Malaysia telah mengkategorikan Orang Kanaq sebagai salah satu dari 18 buah suku yang membentuk kaum Orang Asli di Malaysia.
Orang Kanaq berkemungkinan besar mempunyai hubungan persaudaraan dengan suku Orang Sengkanak yang tinggal di Pulau Daik, sebuah pulau kecil di Kepulauan Riau. (Untuk maklumat lebih lanjut, sila rujuk topik Orang Kanaq)
ORANG KOPIT.
Orang Kopit ialah salah satu suku Orang Laut yang berasal dari Kampong Kopit di Pulau Sentosa, sebuah pulau kecil yang terletak di selatan Singapura. Mereka merupakan salah satu suku pribumi Singapura dan antara yang terawal menetap di pulau tersebut.
Suatu ketika dahulu, mereka pernah berperanan sebagai biduan (ahli muzik) yang membuat persembahan di istana raja dalam masyarakat Kesultanan Johor-Riau. Walau bagaimanapun, suku ini dipercayai telah pupus setelah berasimilasi dengan masyarakat Melayu melalui perkahwinan.
Orang Kuala (Desin Dolaq)
Salah satu suku Orang Laut yang dipercayai berasal dari Pulau Bengkalis di Wilayah Riau, Sumatera. Istilah 'Orang Kuala' wujud disebabkan lokasi suku tersebut yang kebanyakannya tinggal di kawasan kuala sungai dan persisiran pantai.
Di Malaysia, kawasan penempatan mereka terletak di daerah Batu Pahat (Kuala Rengit, Kuala Senggarang dan Tanjung Segenting) serta daerah Pontian (Kuala Benut, Kuala Sungai Pontian dan Kukup) di negeri Johor. Salah satu dari aktiviti ekonomi sara diri Orang Kuala ialah menangkap ikan. Namun demikian, ada di kalangan mereka yang telah berjaya dalam bidang perniagaan, pertanian serta bidang-bidang profesional yang lain. Kini kerajaan Malaysia telah mengkategorikan Orang Kuala sebagai salah satu dari 18 buah suku yang membentuk kaum Orang Asli di Malaysia.
Di Indonesia pula, suku Orang Kuala dikenali sebagai Desin Dolaq. Istilah ‘Desin Dolaq’ bermaksud orang laut dan berasal dari loghat mereka sendiri. Mereka boleh ditemui di Pulau Bengkalis dan sepanjang barat daya “coast” Sumatera. Sebelum Perang Dunia Kedua, suku Desin Dolaq dari Pulau Bengkalis sering bertemu dengan saudara mereka yang menetap di sepanjang barat daya “coast” Sumatera di muara Sungai Siak.
Raut wajah dan tingkah laku Orang Kuala atau Desin Dolaq lebih mirip kepada orang Melayu yang secara tradisinya menjadi jiran turun temurun mereka. Perkahwinan campur di antara mereka dengan masyarakat Melayu telah menjadikan suku tersebut diancam kepupusan (sama ada di Malaysia mahupun di Indonesia).
Orang Ladi.
Salah satu suku Orang Laut yang dipercayai berasal dari Pulau Ladi di Kepulauan Riau, Indonesia. Mereka memainkan peranan penting sebagai tukang-tukang kayu dan pengayuh kapal-kapal perang dalam masyarakat Kesultanan Johor-Riau. Suku ini sudah pupus setelah berasimilasi dengan masyarakat Melayu melalui perkahwinan.
Orang Laut Kappir
Salah satu suku Orang Laut yang dipercayai berasal dari Kepulauan Riau. Mereka kini telah menetap di Pulau Lanta Yai dan Pulau Lanta Noi di Wilayah Krabi, Thailand. Asal-usul nama ‘Kappir’ berasal dari perkataan Arab – kafir yang bermaksud tidak beragama (unbeliever).
Orang Mantang.
Salah satu suku Orang Laut yang dipercayai berasal dari Pulau Mantang di Kepulauan Riau, Indonesia. Mereka memainkan peranan penting sebagai tukang-tukang senjata dalam masyarakat Kesultanan Johor-Riau.
Suku ini masih wujud di Kepulauan Riau, Indonesia. Di Malaysia pula, suku ini sudah pupus setelah berasimilasi dengan masyarakat Melayu melalui perkahwinan.
Orang Mepar.
Salah satu suku Orang Laut yang dipercayai berasal dari Pulau Mepar di Kepulauan Riau, Indonesia. Mereka memainkan peranan penting sebagai pembawa surat-surat raja ke negara-negara jiran dan tentera kerajaan dalam masyarakat Kesultanan Johor-Riau. Suku ini sudah pupus setelah berasimilasi dengan masyarakat Melayu melalui perkahwinan.
Orang Nanga.
Salah satu suku Orang Laut yang dipercayai berasal dari Pulau Nanga di Kepulauan Riau, Indonesia. Suku ini masih wujud di Indonesia. Orang Nanga menggelar suku mereka sendiri sebagai Orang Pulau Nanga.
Orang Posik.
Salah satu suku Orang Laut yang dipercayai berasal dari Pulau Posik di Kepulauan Riau, Indonesia. Orang Posik juga dikenali sebagai Orang Pusek atau Orang Persik.
Suku ini masih wujud di Indonesia di mana mereka kini menetap di Pulau Posik, Pulau Singkep dan Pulau Dair. Orang Posik menganut kepercayaan animisme. Dari segi kebudayaan dan cara hidup, mereka memiliki banyak persamaan dengan suku Orang Mantang, suku Orang Tambus, suku Orang Sebarok dan suku Orang Sengkanak.
Orang Sebarok.
Salah satu suku Orang Laut yang dipercayai berasal dari Pulau Sebarok di Singapura. Kesemua ahli suku ini telah berhijrah ke Pulau Daik dan Pulau Singkep di Kepulauan Riau sebelum terbentuknya negara Indonesia.
Orang Sebarok menganut kepercayaan animisme. Dari segi kebudayaan dan cara hidup, mereka memiliki banyak persamaan dengan suku Orang Mantang, suku Orang Tambus, suku Orang Posik dan suku Orang Sengkanak.
Orang Sekah.
Salah satu suku Orang Laut yang dipercayai berasal dari Sekah di Kepulauan Bangka-Belitung, Indonesia. Orang Sekah juga dikenali sebagai Orang Sekak, Orang Sekat atau Orang Sika.
Suku Orang Sekah masih wujud di Indonesia. Mereka menggunakan bahasa Melayu loghat Bangka dalam pertuturan seharian. Tidak diketahui sama ada mereka masih lagi tinggal di dalam sampan panjang atau telah menetap di kawasan darat.
Orang Selat.
Salah satu suku Orang Laut yang dipercayai berasal dari Kampong Selat Sengkir di Pulau Brani, Singapura. Mereka adalah penduduk pribumi Singapura dan antara yang terawal menetap di pulau tersebut.
Selepas Parameswara mengambil alih Pulau Temasik (Singapura) dari Temagi, Orang Selat mula menumpukan kesetiaan terhadap pemimpin baru mereka. Dianggarkan lebih separuh dari jumlah ahli suku Orang Selat yang mengikut Parameswara menuju ke negeri Melaka di Semenanjung Tanah Melayu (Semenanjung Malaysia).
Meskipun mereka bukan penduduk asal negeri Melaka, namun Orang Selat adalah antara yang terawal menetap di negeri tersebut. Orang Selat yang tinggal di Melaka telah memeluk agama Islam dan menjadi nenek-moyang kepada masyarakat Melayu Melaka.
Menurut seorang ahli etnologi Gibson Hill, Orang Selat dipercayai telah merentasi perairan sekitar Pelabuhan Keppel di Singapura sejak awal abad ke-16 lagi. Orang Selat di Singapura terus kekal wujud sehinggalah mereka pupus pada awal tahun 1930, setelah berasimilasi dengan masyarakat Melayu melalui perkahwinan.
Orang Seletar.
Salah satu suku Orang Laut yang dipercayai berasal dari Pulau Seletar dan Seletar, Singapura. Mereka adalah penduduk pribumi Singapura dan antara yang terawal menetap di pulau tersebut.
Suatu ketika dahulu, Orang Seletar pernah tinggal di sepanjang ceruk paya bakau yang mengadap Selat Johor, terutama sekali di muara Sungai Seletar, Singapura. Pada pertengahan abad ke-20, Sultan Abu Bakar dari Johor telah memindahkan sebahagian besar Orang Seletar ke Sungai Pulai di barat daya negeri Johor. Hanya sebahagian kecil dari jumlah suku tersebut yang terus tinggal di Singapura.
Orang Seletar merupakan kumpulan Orang Laut yang terakhir di Singapura. Pada awal 1930an, Orang Seletar yang menetap di sekitar Sungai Kallang telah dipindahkan ke Kampong Melayu (kini dikenali sebagai Eunos) dan akhirnya pupus setelah berasimilasi dengan masyarakat Melayu melalui perkahwinan.
Sementara itu, Orang Seletar di Malaysia kini tinggal di kawasan yang lebih teratur dan tersusun. Kawasan penempatan mereka tertumpu di sekitar persisiran pantai di selatan negeri Johor seperti Kampung Bakar Batu, Johor Bahru.
Orang Seletar secara tradisinya bergantung hidup kepada hasil laut. Ini menyebabkan mereka sering hidup berpindah randah. Namun perubahan dalam sosio-ekonomi telah merubah cara hidup mereka. Malah, ada di kalangan mereka yang telah mengusahakan kedai makanan laut (seafood). Kini kerajaan Malaysia telah mengkategorikan Orang Seletar sebagai salah satu dari 18 buah suku yang membentuk kaum Orang Asli di Malaysia.
Orang Sengkanak.
Salah satu suku Orang Laut yang dipercayai berasal dari Pulau Daik dan Pulau Singkep di Kepulauan Riau, Indonesia. Mereka berkemungkinan besar mempunyai hubungan persaudaraan dengan suku Orang Kanaq di Malaysia.
Orang Sengkanak masih wujud di Indonesia. Mereka menganut kepercayaan animisme. Dari segi kebudayaan dan cara hidup, mereka memiliki banyak persamaan dengan suku Orang Mantang, suku Orang Tambus, suku Orang Posik dan suku Orang Sebarok.
Orang Sugi.
Salah satu suku Orang Laut yang dipercayai berasal dari Pulau Sugi, Pulau Sugibawah, Pulau Sugi Darat dan Pulau Sugi Laut di Kepulauan Riau, Indonesia.
Mereka memainkan peranan penting sebagai pengayuh kapal-kapal perang dalam masyarakat Kesultanan Johor-Riau. Suku ini sudah pupus setelah berasimilasi dengan masyarakat Melayu melalui perkahwinan.
Orang Tambus.
Salah satu suku Orang Laut yang dipercayai berasal dari gugusan Kepulauan Lingga di Kepulauan Riau, Indonesia. Orang Tambus juga dikenali sebagai Orang Tambusa. Mereka memainkan peranan penting sebagai penjaga anjing-anjing perburuan dalam masyarakat Kesultanan Johor-Riau.
Suku ini masih wujud di Indonesia. Di Malaysia pula, suku ini sudah pupus setelah berasimilasi dengan masyarakat Melayu melalui perkahwinan.
Orang Teluk Nipah.
Salah satu suku Orang Laut yang dipercayai berasal dari Teluk Nipah dan Pulau Nipah di Kepulauan Riau, Indonesia. Suku ini masih wujud di Indonesia. Mereka beragama Islam dan kini tinggal di kawasan darat.
Kehidupan Orang Teluk Nipah amat daif kerana kurangnya perhatian dari pemerintah Indonesia. Mereka juga mendakwa segala janji yang diberikan kepada mereka ketika pilihan raya tidak pernah ditunaikan oleh Gabenor Riau.
Akibat sering ditipu, Orang Teluk Nipah mengambil keputusan untuk kembali hidup secara nomad di laut. Walau bagaimanapun, tindakan mereka telah dihalang oleh pemerintah Indonesia.
ORANG TRONG.
Orang Trong (atau Orang Terong) ialah salah satu suku Orang Laut yang berasal dari Pulau Terong, sebuah pulau kecil yang terletak di Wilayah Kepulauan Riau, Indonesia.
Suatu ketika dahulu, mereka pernah berperanan sebagai pengayuh kapal-kapal perang dalam masyarakat Kesultanan Johor-Riau. Walau bagaimanapun, suku ini dipercayai telah pupus setelah berasimilasi dengan masyarakat Melayu melalui perkahwinan.
Orang Utan
ORANG MORO.
Orang Moro ialah salah satu suku Orang Laut yang berasal dari Pulau Moro, Pulau Moro Darat, Pulau Moro Laut dan Pulau Moro Tengah iaitu empat buah pulau kecil yang terletak di Wilayah Kepulauan Riau, Indonesia. Walau bagaimanapun, suku ini dipercayai telah pupus setelah berasimilasi dengan masyarakat Melayu melalui perkahwinan.
Orang Sabimba.
Salah satu suku Orang Laut yang dipercayai berasal dari negeri Johor di Semenanjung Malaysia. Memandangkan suku ini tidak lagi ditemui di mana-mana termasuk di negeri Johor sendiri, maka Orang Sabimba dianggap telah pupus.
Punca kepupusan Orang Sabimba tidak jelas. Mereka berkemungkinan besar pupus akibat diserang wabak penyakit berjangkit atau pun telah berasimilasi dengan masyarakat Melayu melalui perkahwinan.
[sunting]Masyarakat Orang Laut Pada Zaman Moden
[sunting]Masyarakat Orang Laut Di Malaysia
Suatu ketika dahulu, terdapat pelbagai jenis suku kaum Orang Laut yang menetap di selatan Semenanjung Malaysia. Mereka memainkan pelbagai peranan penting dalam masyarakat Kesultanan Melaka dan Kesultanan Johor-Riau. Walau bagaimanapun, kebanyakan daripada suku-suku Orang Laut di Semenanjung Malaysia telah pun pupus akibat proses asimilasi dengan masyarakat Melayu melalui perkahwinan.
Suku Mah Meri, suku Orang Kanaq, suku Orang Kuala dan suku Orang Seletar merupakan kumpulan Orang Laut yang terakhir di Malaysia. Kini keempat-empat suku tersebut telah dikategorikan oleh kerajaan Malaysia sebagai sebahagian dari kaum Orang Asli.
Masyarakat Orang Laut di Malaysia tidak lagi tinggal dalam sampan panjang atau berkelana di laut seperti yang dilakukan oleh nenek-moyang mereka terdahulu. Mereka kini menetap di kawasan darat Semenanjung Malaysia dan memiliki kawasan perkampungan mereka sendiri. Kawasan penempatan mereka terdapat di sekitar negeri Johor dan Selangor. Selain itu, hasil dari pembangunan yang dibawa oleh pihak kerajaan Malaysia telah memberi peluang kepada masyarakat Orang Laut untuk menikmati kehidupan yang lebih selesa.
[sunting]Masyarakat Orang Laut Di Indonesia
[sunting]Masyarakat Orang Laut Di Thailand
[sunting]Kepupusan Masyarakat Orang Laut Di Singapura
Suatu ketika dahulu, terdapat pelbagai jenis suku kaum Orang Laut yang menetap di Pulau Singapura dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Antaranya ialah Orang Biduanda Kallang, Orang Gelam, Orang Kopit, Orang Sebarok, Orang Selat, Orang Seletar dan Orang Galang. Mereka memainkan pelbagai peranan penting dalam masyarakat Kesultanan Melaka dan Kesultanan Johor-Riau.
Walau bagaimanapun, kesemua suku-suku tersebut kini telah pun pupus akibat proses asimilasi dengan masyarakat Melayu melalui perkahwinan. Rata-rata masyarakat Melayu di Singapura pada hari ini memiliki darah kaum Orang Laut.
[sunting]Tokoh-Tokoh Orang Laut
§  Orang Kaya Seri Bija Wangsa - seorang pembesar Johor-Riau berketurunan Orang Laut dari Riau-Lingga.
[sunting]Orang Laut Dan Orang Darat
Orang Laut pada asalnya adalah sebangsa dengan Orang Darat. Perbezaan di antara kedua-dua kumpulan ini hanya satu - tempat tinggal. Orang Laut tinggal di dalam sampan panjang di atas laut sedangkan Orang Darat tinggal di sekitar pedalaman di atas darat.