Minggu, 24 Juni 2012
Sabtu, 23 Juni 2012
Teks Pidato Bung Tomo
Bismillahirrohmanirrohim..
MERDEKA!!!
Saudara-saudara rakyat jelata di seluruh Indonesia
terutama saudara-saudara penduduk kota Surabaya
kita semuanya telah mengetahui bahwa hari ini
tentara inggris telah menyebarkan pamflet-pamflet
yang memberikan suatu ancaman kepada kita semua
kita diwajibkan untuk dalam waktu yang mereka tentukan
menyerahkan senjata-senjata yang telah kita rebut dari tangannya tentara jepang
mereka telah minta supaya kita datang pada mereka itu dengan mengangkat tangan
mereka telah minta supaya kita semua datang pada mereka itu dengan membawa bendera puitih tanda bahwa kita menyerah kepada mereka
Saudara-saudara
di dalam pertempuran-pertempuran yang lampau kita sekalian telah menunjukkan
bahwa rakyat Indonesia di Surabaya
pemuda-pemuda yang berasal dari Maluku
pemuda-pemuda yang berawal dari Sulawesi
pemuda-pemuda yang berasal dari Pulau Bali
pemuda-pemuda yang berasal dari Kalimantan
pemuda-pemuda dari seluruh Sumatera
pemuda Aceh, pemuda Tapanuli, dan seluruh pemuda Indonesia yang ada di surabaya ini
di dalam pasukan-pasukan mereka masing-masing
dengan pasukan-pasukan rakyat yang dibentuk di kampung-kampung
telah menunjukkan satu pertahanan yang tidak bisa dijebol
telah menunjukkan satu kekuatan sehingga mereka itu terjepit di mana-mana
hanya karena taktik yang licik daripada mereka itu saudara-saudara
dengan mendatangkan presiden dan pemimpin2 lainnya ke Surabaya ini
maka kita ini tunduk utuk memberhentikan pentempuran
tetapi pada masa itu mereka telah memperkuat diri
dan setelah kuat sekarang inilah keadaannya
Saudara-saudara kita semuanya
kita bangsa indonesia yang ada di Surabaya ini
akan menerima tantangan tentara inggris itu
dan kalau pimpinan tentara inggris yang ada di Surabaya
ingin mendengarkan jawaban rakyat Indoneisa
ingin mendengarkan jawaban seluruh pemuda Indoneisa yang ada di Surabaya ini
dengarkanlah ini tentara inggris
ini jawaban kita
ini jawaban rakyat Surabaya
ini jawaban pemuda Indoneisa kepada kau sekalian
hai tentara inggris
kau menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera putih untuk takluk kepadamu
kau menyuruh kita mengangkat tangan datang kepadamu
kau menyuruh kita membawa senjata2 yang telah kita rampas dari tentara jepang untuk diserahkan kepadamu
tuntutan itu walaupun kita tahu bahwa kau sekali lagi akan mengancam kita
untuk menggempur kita dengan kekuatan yang ada
tetapi inilah jawaban kita:
selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah
yang dapat membikin secarik kain putih merah dan putih
maka selama itu tidak akan kita akan mau menyerah kepada siapapun juga
Saudara-saudara rakyat Surabaya, siaplah! keadaan genting!
tetapi saya peringatkan sekali lagi
jangan mulai menembak
baru kalau kita ditembak
maka kita akan ganti menyerang mereka itukita tunjukkan bahwa kita ini adalah benar-benar orang yang ingin merdeka
Dan untuk kita saudara-saudara
lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka
semboyan kita tetap: merdeka atau mati!
Dan kita yakin saudara-saudara
pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita
sebab Allah selalu berada di pihak yang benar
percayalah saudara-saudara
Tuhan akan melindungi kita sekalian
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!
MERDEKA!!!
MERDEKA!!!
Saudara-saudara rakyat jelata di seluruh Indonesia
terutama saudara-saudara penduduk kota Surabaya
kita semuanya telah mengetahui bahwa hari ini
tentara inggris telah menyebarkan pamflet-pamflet
yang memberikan suatu ancaman kepada kita semua
kita diwajibkan untuk dalam waktu yang mereka tentukan
menyerahkan senjata-senjata yang telah kita rebut dari tangannya tentara jepang
mereka telah minta supaya kita datang pada mereka itu dengan mengangkat tangan
mereka telah minta supaya kita semua datang pada mereka itu dengan membawa bendera puitih tanda bahwa kita menyerah kepada mereka
Saudara-saudara
di dalam pertempuran-pertempuran yang lampau kita sekalian telah menunjukkan
bahwa rakyat Indonesia di Surabaya
pemuda-pemuda yang berasal dari Maluku
pemuda-pemuda yang berawal dari Sulawesi
pemuda-pemuda yang berasal dari Pulau Bali
pemuda-pemuda yang berasal dari Kalimantan
pemuda-pemuda dari seluruh Sumatera
pemuda Aceh, pemuda Tapanuli, dan seluruh pemuda Indonesia yang ada di surabaya ini
di dalam pasukan-pasukan mereka masing-masing
dengan pasukan-pasukan rakyat yang dibentuk di kampung-kampung
telah menunjukkan satu pertahanan yang tidak bisa dijebol
telah menunjukkan satu kekuatan sehingga mereka itu terjepit di mana-mana
hanya karena taktik yang licik daripada mereka itu saudara-saudara
dengan mendatangkan presiden dan pemimpin2 lainnya ke Surabaya ini
maka kita ini tunduk utuk memberhentikan pentempuran
tetapi pada masa itu mereka telah memperkuat diri
dan setelah kuat sekarang inilah keadaannya
Saudara-saudara kita semuanya
kita bangsa indonesia yang ada di Surabaya ini
akan menerima tantangan tentara inggris itu
dan kalau pimpinan tentara inggris yang ada di Surabaya
ingin mendengarkan jawaban rakyat Indoneisa
ingin mendengarkan jawaban seluruh pemuda Indoneisa yang ada di Surabaya ini
dengarkanlah ini tentara inggris
ini jawaban kita
ini jawaban rakyat Surabaya
ini jawaban pemuda Indoneisa kepada kau sekalian
hai tentara inggris
kau menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera putih untuk takluk kepadamu
kau menyuruh kita mengangkat tangan datang kepadamu
kau menyuruh kita membawa senjata2 yang telah kita rampas dari tentara jepang untuk diserahkan kepadamu
tuntutan itu walaupun kita tahu bahwa kau sekali lagi akan mengancam kita
untuk menggempur kita dengan kekuatan yang ada
tetapi inilah jawaban kita:
selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah
yang dapat membikin secarik kain putih merah dan putih
maka selama itu tidak akan kita akan mau menyerah kepada siapapun juga
Saudara-saudara rakyat Surabaya, siaplah! keadaan genting!
tetapi saya peringatkan sekali lagi
jangan mulai menembak
baru kalau kita ditembak
maka kita akan ganti menyerang mereka itukita tunjukkan bahwa kita ini adalah benar-benar orang yang ingin merdeka
Dan untuk kita saudara-saudara
lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka
semboyan kita tetap: merdeka atau mati!
Dan kita yakin saudara-saudara
pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita
sebab Allah selalu berada di pihak yang benar
percayalah saudara-saudara
Tuhan akan melindungi kita sekalian
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!
MERDEKA!!!
Senin, 18 Juni 2012
Tri Dharma Perguruan Tinggi
Selasa, 05 Juni 2012
orang laut
Orang Laut
Daripada Wikipedia,
ensiklopedia bebas.
Istilah Orang Laut secara umumnya merangkumi pelbagai jenis suku dan kelompok kecil
yang mendiami persisiran pantai dan pulau-pulau luar persisir di selatan Semenanjung Malaysia, timur Pulau Sumatera serta pulau-pulau dan muara sungai di Kepulauan Riau-Lingga, Kepulauan Batam, Pulau Tujuh dan Pulau Singapura.[1] Mereka adalah penduduk pribumi di selatan Semenanjung Malaysia, Singapura dan timur Pulau Sumatera, Indonesia.
Orang Laut tinggal di dalam sejenis rumah perahu yang dipanggil 'sampan panjang'. Mereka lebih
gemar tinggal di dalam sampan panjang di permukaan laut daripada hidup di atas darat.[2] Malahan mereka juga sering berpindah-randah dan
berkelana dari satu tempat ke satu tempat yang lain.
Kaum Orang Laut memiliki banyak persamaan dengan orang Melayu dari segi kebudayaan dan bahasa. Bahasa kaum ini dikenali sebagaibahasa Orang Laut yang merangkumi pelbagai jenis loghat suku.
Mereka pada umumnya mencari rezeki dengan bekerja sebagai nelayan.
Isi kandungan
|
Suatu ketika dahulu, Orang Laut digelar sebagai Orang Lanun atau Orang Selat kerana sebelum mereka menumpukan kesetiaan
terhadap Kerajaan Srivijaya, mereka pada asalnya adalah sekumpulan lanun
yang menguasai sekitar perairan Selat Melaka.
Orang Laut memainkan peranan penting dalam pemerintahan Kerajaan
Srivijaya, Kesultanan Melaka dan Kesultanan Johor-Riau. Hubungan rapat di antara Orang Laut dengan
ketiga-tiga buah keluarga diraja tersebut telah pun terjalin sejak di awal
zaman kerajaan Srivijaya lagi.
Orang Laut juga dikenali sebagai golongan yang sangat setia kepada
keluarga diraja Srivijaya. Malah selepas kejatuhan Srivijaya pada tahun 1025,
Orang Laut masih meneruskan kesetiaan mereka terhadap Parameswara iaitu putera raja Srivijaya (Palembang) yang terakhir.
Selepas Kerajaan Srivijaya musnah akibat serangan Raja Rajendra Chola I dari India, Parameswara bersama para pengikutnya
termasuk Orang Laut mendirikan Kesultanan Melaka di Semenanjung Tanah Melayu.
Ketika Melaka mencapai zaman kegemilangannya, Orang Laut merupakan pendukung
utama kepada kerajaan maritim tersebut.
Setelah kejatuhan Kesultanan Melaka akibat serangan penjajah Portugis, Orang Laut masih tetap meneruskan kesetiaan
mereka terhadap Sultan Melaka yang terakhir iaitu Sultan Mahmud Shah. Mereka telah membantu sultan tersebut
mendirikan Kesultanan Johor-Riau di selatan Semenanjung Tanah Melayu.
Setelah Kesultanan Melaka musnah akibat serangan penjajah
Portugis, Sultan Melaka yang terakhir iaitu Sultan Mahmud Shah bersama para
pengikutnya termasuk Orang Laut mendirikan Kesultanan Johor-Riau dengan ibu
kotanya berpusat di Pulau Bentan. Tidak berapa lama kemudian, tentera Belanda telah berjaya merampas negeri Melaka dari tangan
penjajah Portugis.
Setelah Melaka berjaya ditawan, pihak Belanda berniat untuk
menyerang Kesultanan Johor-Riau yang mulai bangkit dan menyaingi Melaka sebagai
pusat perdagangan utama di rantau ini. Maka Sultan Johor mengambil tindakan
dengan mengancam pihak Belanda untuk memerintahkan Orang Laut supaya berhenti
memberikan perlindungan ke atas kapal-kapal Belanda.
Pada tahun 1699, waris terakhir Wangsa Srivijaya - Melaka - Johor-Riau iaitu Sultan Mahmud Syah II telah mangkat setelah dibunuh olehLaksamana Bentan yang bernama Megat Seri Rama. Memandangkan baginda masih belum berkahwin dan
tidak memiliki sebarang zuriat, maka Bendahara Johor iaitu Tun Abdul Jalil telah
melantik dirinya sendiri sebagai Sultan Johor-Riau yang baru dengan gelaran Sultan Abdul Jalil IV. Walau bagaimanapun, perlantikan Bendahara Tun
Abdul Jalil sebagai Sultan Johor-Riau tidak diakui oleh Orang Laut. Mereka
mengesyaki keluarga Bendahara Johor turut terlibat di dalam pembunuhan
tersebut.
Pada tahun 1718, seorang petualang dari Minangkabau bernama Raja Kecil telah menuntut hak ke atas takhta kerajaan Johor-Riau dengan
mengakui dirinya sebagai waris Sultan Mahmud Shah II yang sah. Orang Laut dan
para pembesar Johor memberikan sokongan kepada Raja Kecil dengan membantunya
merampas kuasa dari Sultan Abdul Jalil IV. Setelah berjaya merampas kuasa, Raja
Kecil melantik dirinya sendiri sebagai Sultan Johor-Riau yang ke-12 dengan gelaran
Sultan Abdul Jalil Rahmat Shah.
Namun begitu, dengan sokongan dan bantuan dari lima putera Bugis bersaudara - Daeng Perani, Daeng Menambun, Daeng
Merewah, Daeng Chelak and Daeng Kemasi - putera kepada Sultan Abdul Jalil IV
iaitu Raja Sulaiman telah berjaya merampas kembali takhta kerajaan
Johor-Riau. Raja Sulaiman telah dinobatkan sebagai Sultan Johor-Riau yang ke-13
dengan gelaran Sultan Sulaiman Badrul Alam Shah. Raja Kecil pula akhirnya telah
diusir keluar dari wilayah Johor-Riau.
Setelah diusir, Raja Kecil telah mendirikan Kesultanan Siak Sri Inderapura di Sumatera dengan bantuan Orang Laut dari suku
Bentan dan suku Bulang. Pada abad ke-18, peranan Orang Laut sebagai penjaga
keamanan di Selat Malaka untuk Kesultanan Johor-Riau telah mula digantikan oleh
orang-orang Bugis secara perlahan-lahan.
Tugas umum Orang Laut ialah mengawal kawasan sempadan laut,
mengusir lanun-lanun, memimpin para pedagang ke pelabuhan yang ingin mereka
tujui dan mengekalkan kekuasaan pelabuhan-pelabuhan tersebut di dalam
kawasannya. [3]
Walau bagaimanapun, setiap suku dari kaum Orang Laut telah diberi
peranan khas masing-masing oleh Kerajaan Srivijaya, Kesultanan Melaka dan
Kesultanan Johor-Riau agar pemerintahan kerajaan berjalan dengan lebih lancar.
Antara tugas-tugas khas yang dilakukan oleh setiap suku dari kaum
Orang Laut ialah menjadi tentera kerajaan, tukang-tukang kayu, tukang-tukang
senjata, pengayuh kapal-kapal perang, penjaga anjing-anjing perburuan dan
pembawa surat-surat raja ke negara-negara jiran.
Istilah Orang Laut secara umumnya merangkumi pelbagai jenis
kelompok suku pribumi di selatan Semenanjung Malaysia, Singapura dan timur
Pulau Sumatera, Indonesia. Jumlah sebenar suku-suku yang tergolong di dalam
kaum Orang Laut tidak diketahui kerana tiada catatan sejarah lengkap mengenainya.
Kebanyakan suku-suku Orang Laut yang pernah wujud suatu ketika
dahulu kini tidak lagi wujud pada zaman sekarang. Golongan ini telah memeluk
agama Islam dan berasimilasi dengan masyarakat Melayu melalui perkahwinan.
Situasi ini boleh dilihat di Singapura dimana masyarakat Orang Laut di pulau
tersebut telah 'lenyap' akibat proses asimilasi dengan orang Melayu.
Walau bagaimanapun, masih terdapat segelintir suku-suku Orang Laut
yang kekal wujud hingga ke hari ini. Saki-baki kumpulan Orang Laut ini boleh
ditemui di Malaysia, Indonesia dan Thailand. Golongan ini berjaya mengekalkan
kewujudan suku masing-masing kerana kurang berhubung dengan masyarakat luar.
Berikut adalah sejarah mengenai setiap suku di dalam kaum Orang
Laut (sama ada yang masih wujud mahupun yang telah pupus):-
Nama Suku
|
Sejarah
|
|
Mah Meri (Orang Laut)
|
Salah satu suku Orang Laut yang dipercayai berasal dari
pulau-pulau di selatan negeri Johor. Suku ini masih wujud di Malaysia.
Gelaran yang diberikan oleh masyarakat luar kepada suku Mah Meri ialah ‘Orang
Laut’.
Hampir kesemua suku Mah Meri tinggal di sepanjang
"coast" di selatan negeri Selangor (dari Sungai Pelek hinggalah ke
Pulau Carey), meskipun terdapat segelintir suku tersebut yang tinggal di
seberang Sungai Klang. Memandangkan kawasan penempatan mereka berhampiran
dengan laut, maka sumber ekonomi utama mereka adalah melalui hasil laut.
Baru-baru ini, mereka mula memasuki sektor perladangan disamping
kegiatan kebudayaan dan seni kraftangan yang menjadi identiti suku tersebut.
Kini kerajaan Malaysia telah mengkategorikan suku Mahmeri sebagai salah satu
dari 18 buah suku yang membentuk kaum Orang Asli di Malaysia.
|
|
Orang Barok.
|
Salah satu suku Orang
Laut yang dipercayai berasal dari Pulau Lipan dan Pulau Singkep di Kepulauan
Riau, Indonesia. Salah satu kisah rakyat Indonesia yang dikaitkan dengan suku
ini ialah ‘Sumpah Orang Barok’. Kisah rakyat ini sangat terkenal di Wilayah
Riau, Indonesia.
|
|
ORANG MUKA KUNING.
|
Orang Muka Kuning
ialah salah satu suku Orang Laut yang berasal dari Muka Kuning di Pulau
Batam, sebuah pulau kecil yang terletak di Wilayah Kepulauan Riau, Indonesia.
Walau bagaimanapun, suku ini dipercayai telah pupus setelah berasimilasi
dengan masyarakat Melayu melalui perkahwinan.
|
|
ORANG AKIK.
|
Orang Akik ialah salah
satu suku Orang Laut yang dipercayai berasal dari negeri Johor di Semenanjung
Malaysia. Penjajahan British ke atas negeri Johor dipercayai menjadi punca
yang membawa kepada penghijrahan suku Orang Akik ke Wilayah Riau, Indonesia.
Orang Akik dahulunya tinggal di dalam sampan panjang dan hidup
secara nomad di laut. Walau bagaimanapun, kini mereka telah menetap di
kawasan pedalaman hutan Sumatera. Oleh sebab itu, kerajaan Indonesia telah
mengkategorikan Orang Akik sebagai salah satu suku kaum Orang Darat. "Jaga
haluan, jangan halau jalan orang lain!" merupakan salah satu falsafah
hidup Orang Akik.
|
|
Orang Bentan.
|
Salah satu suku Orang
Laut yang dipercayai berasal dari Pulau Bintan di Kepulauan Riau, Indonesia.
Mereka memainkan peranan penting sebagai tentera kerajaan dalam masyarakat
Kesultanan Johor-Riau.
Orang Bentan tidak mengakui perlantikan Bendahara Tun Abdul
Jalil sebagai Sultan Johor-Riau bagi menggantikan Sultan Mahmud Syah II yang
mangkat tanpa waris. Mereka mengesyaki keluarga bendahara turut terlibat di dalam
pembunuhan Sultan Mahmud Syah II.
Raja Kecil dari Minangkabau telah menuntut takhta kerajaan
Johor-Riau dengan mendakwa dirinya adalah waris sah Sultan Mahmud Syah II.
Orang Bentan yang tidak suka kepada keluarga bendahara telah membantu Raja
Kecil merampas kuasa dari Bendahara Tun Abdul Jalil (Sultan Abdul Jalil IV).
Setelah 4 tahun memerintah, Raja Kecil akhirnya berjaya
digulingkan oleh waris Sultan Abdul Jalil IV iaitu Raja Sulaiman. Raja Kecil
telah dihalau keluar dari wilayah Johor-Riau. Dengan bantuan Orang Bentan,
beliau mendirikan Kesultanan Siak di Sumatera. Suku ini sudah pupus setelah
berasimilasi dengan masyarakat Melayu melalui perkahwinan.
|
|
Orang Biduanda Kallang.
|
Salah satu suku Orang
Laut yang dipercayai berasal dari Kallang, Singapura. Orang Biduanda Kallang
adalah penduduk pribumi Singapura dan antara yang terawal menetap di pulau
tersebut.
Ketika Stamford Raffles pertama kali mendarat di Singapura pada
1819, terdapat kira-kira sejumlah 500 Orang Biduanda Kallang di pulau tersebut.
Kawasan penempatan mereka tertumpu di sekitar paya di muara Sungai Kallang
dan Sungai Singapura.
Pada tahun 1824, Temenggung Johor telah memindahkan hampir
kesemua Orang Biduanda Kallang ke Sungai Pulai di negeri Johor. Jumlah yang
dipindahkan adalah merangkumi kira-kira 100 buah keluarga. Walau
bagaimanapun, kebanyakan daripada mereka telah mati akibat dijangkiti wabak
penyakit cacar pada 1847.
Serangan wabak tersebut telah menjadikan jumlah ahli suku
tersebut hanya tinggal 40 orang sahaja. Pada pertengahan abad ke-20, ramai
dikalangan mereka yang telah meninggalkan kehidupan nomad di laut dengan
menetap di sepanjang tepi pantai. Orang Biduanda Kallang pupus pada tahun
1848 setelah berasimilasi dengan masyarakat Melayu melalui perkahwinan.
|
|
Orang Bulang.
|
Salah satu suku Orang
Laut yang dipercayai berasal dari Pulau Bulang di Kepulauan Riau. Indonesia.
Mereka memainkan peranan penting sebagai tentera kerajaan dalam masyarakat
Kesultanan Johor-Riau.
Orang Bulang tidak mengakui perlantikan Bendahara Tun Abdul
Jalil sebagai Sultan Johor-Riau bagi menggantikan Sultan Mahmud Syah II yang
mangkat tanpa waris. Mereka mengesyaki keluarga bendahara turut terlibat di
dalam pembunuhan Sultan Mahmud Syah II.
Raja Kecil dari Minangkabau telah menuntut takhta kerajaan
Johor-Riau dengan mendakwa dirinya adalah waris sah Sultan Mahmud Syah II.
Orang Bulang yang tidak suka kepada keluarga bendahara telah membantu Raja
Kecil merampas kuasa dari Bendahara Tun Abdul Jalil (Sultan Abdul Jalil IV).
Setelah 4 tahun memerintah, Raja Kecil akhirnya berjaya
digulingkan oleh waris Sultan Abdul Jalil IV iaitu Raja Sulaiman. Raja Kecil
telah dihalau keluar dari wilayah Johor-Riau. Dengan bantuan Orang Bulang,
beliau mendirikan Kesultanan Siak di Sumatera. Suku ini sudah pupus setelah
berasimilasi dengan masyarakat Melayu melalui perkahwinan.
|
|
Orang Galang.
|
Salah satu suku Orang
Laut yang dipercayai berasal dari Pulau Galang dan Pulau Galang-baru di
Kepulauan Riau, Indonesia. Mereka memainkan peranan penting sebagai tentera
kerajaan dalam masyarakat Kesultanan Johor-Riau. Suku ini sudah pupus setelah
berasimilasi dengan masyarakat Melayu melalui perkahwinan.
|
|
Orang Gelam.
|
Salah satu suku Orang
Laut yang dipercayai berasal dari Kampong Glam, Singapura. Orang Selat adalah
penduduk pribumi Singapura dan antara yang terawal menetap di pulau tersebut.
Mereka memainkan peranan penting sebagai pengayuh kapal-kapal perang dalam
masyarakat Kesultanan Johor-Riau.
Menurut catatan Abdullah Bin Kadir - seorang guru bahasa yang
dikatakan rapat dengan Stamford Raffles - Kampong Glam dahulunya dikenali
sebagai Kampong Gelam. Tempat tersebut dinamakan bersempena nama pokok gelam.
Menurutnya lagi, di penghujung Kampong Gelam terdapat dua atau tiga pondok
milik suku Orang Gelam. Mereka banyak menghabiskan masa dengan membuat
anyaman yang diperbuat dari kulit pokok gelam.
Orang Gelam yang tinggal di sepanjang Sungai Singapura bekerja
sebagai tukang kapal untuk kapal-kapal dagang manakala kaum wanita mereka
pula menjual buah-buahan di atas sampan panjang. Suku ini sudah pupus setelah
berasimilasi dengan masyarakat Melayu melalui perkahwinan.
|
|
Orang Kanaq.
|
Salah satu suku Orang
Laut yang dipercayai berasal dari Kepulauan Riau, Indonesia. Mereka dikatakan
telah melarikan diri ke negeri Johor di Semenanjung Malaysia setelah menerima
ancaman dari tentera Belanda.
Orang Kanaq kini menetap di Kampung Sungai Selangi, Mawai,
daerah Kota Tinggi, Johor. Jumlah suku tersebut kini hanya tinggal kira-kira
83 orang sahaja. Selain beragama Islam, bahasa pertuturan mereka seakan-akan
bahasa Melayu dengan lenggok bahasa yang agak kasar. Kini kerajaan Malaysia
telah mengkategorikan Orang Kanaq sebagai salah satu dari 18 buah suku yang
membentuk kaum Orang Asli di Malaysia.
Orang Kanaq berkemungkinan besar mempunyai hubungan persaudaraan
dengan suku Orang Sengkanak yang tinggal di Pulau Daik, sebuah pulau kecil di
Kepulauan Riau. (Untuk maklumat lebih lanjut, sila rujuk topik Orang Kanaq)
|
|
ORANG KOPIT.
|
Orang Kopit ialah
salah satu suku Orang Laut yang berasal dari Kampong Kopit di Pulau Sentosa,
sebuah pulau kecil yang terletak di selatan Singapura. Mereka merupakan salah
satu suku pribumi Singapura dan antara yang terawal menetap di pulau
tersebut.
Suatu ketika dahulu, mereka pernah berperanan sebagai biduan
(ahli muzik) yang membuat persembahan di istana raja dalam masyarakat
Kesultanan Johor-Riau. Walau bagaimanapun, suku ini dipercayai telah pupus
setelah berasimilasi dengan masyarakat Melayu melalui perkahwinan.
|
|
Orang Kuala (Desin Dolaq)
|
Salah satu suku Orang
Laut yang dipercayai berasal dari Pulau Bengkalis di Wilayah Riau, Sumatera.
Istilah 'Orang Kuala' wujud disebabkan lokasi suku tersebut yang
kebanyakannya tinggal di kawasan kuala sungai dan persisiran pantai.
Di Malaysia, kawasan penempatan mereka terletak di daerah Batu
Pahat (Kuala Rengit, Kuala Senggarang dan Tanjung Segenting) serta daerah
Pontian (Kuala Benut, Kuala Sungai Pontian dan Kukup) di negeri Johor. Salah
satu dari aktiviti ekonomi sara diri Orang Kuala ialah menangkap ikan. Namun
demikian, ada di kalangan mereka yang telah berjaya dalam bidang perniagaan,
pertanian serta bidang-bidang profesional yang lain. Kini kerajaan Malaysia
telah mengkategorikan Orang Kuala sebagai salah satu dari 18 buah suku yang
membentuk kaum Orang Asli di Malaysia.
Di Indonesia pula, suku Orang Kuala dikenali sebagai Desin
Dolaq. Istilah ‘Desin Dolaq’ bermaksud orang laut dan berasal dari loghat
mereka sendiri. Mereka boleh ditemui di Pulau Bengkalis dan sepanjang barat
daya “coast” Sumatera. Sebelum Perang Dunia Kedua, suku Desin Dolaq dari
Pulau Bengkalis sering bertemu dengan saudara mereka yang menetap di
sepanjang barat daya “coast” Sumatera di muara Sungai Siak.
Raut wajah dan tingkah laku Orang Kuala atau Desin Dolaq lebih
mirip kepada orang Melayu yang secara tradisinya menjadi jiran turun temurun
mereka. Perkahwinan campur di antara mereka dengan masyarakat Melayu telah
menjadikan suku tersebut diancam kepupusan (sama ada di Malaysia mahupun di
Indonesia).
|
|
Orang Ladi.
|
Salah satu suku Orang
Laut yang dipercayai berasal dari Pulau Ladi di Kepulauan Riau, Indonesia.
Mereka memainkan peranan penting sebagai tukang-tukang kayu dan pengayuh
kapal-kapal perang dalam masyarakat Kesultanan Johor-Riau. Suku ini sudah
pupus setelah berasimilasi dengan masyarakat Melayu melalui perkahwinan.
|
|
Orang Laut Kappir
|
Salah satu suku Orang
Laut yang dipercayai berasal dari Kepulauan Riau. Mereka kini telah menetap
di Pulau Lanta Yai dan Pulau Lanta Noi di Wilayah Krabi, Thailand. Asal-usul
nama ‘Kappir’ berasal dari perkataan Arab – kafir yang bermaksud tidak
beragama (unbeliever).
|
|
Orang Mantang.
|
Salah satu suku Orang
Laut yang dipercayai berasal dari Pulau Mantang di Kepulauan Riau, Indonesia.
Mereka memainkan peranan penting sebagai tukang-tukang senjata dalam
masyarakat Kesultanan Johor-Riau.
Suku ini masih wujud di Kepulauan Riau, Indonesia. Di Malaysia
pula, suku ini sudah pupus setelah berasimilasi dengan masyarakat Melayu
melalui perkahwinan.
|
|
Orang Mepar.
|
Salah satu suku Orang
Laut yang dipercayai berasal dari Pulau Mepar di Kepulauan Riau, Indonesia.
Mereka memainkan peranan penting sebagai pembawa surat-surat raja ke
negara-negara jiran dan tentera kerajaan dalam masyarakat Kesultanan Johor-Riau.
Suku ini sudah pupus setelah berasimilasi dengan masyarakat Melayu melalui
perkahwinan.
|
|
Orang Nanga.
|
Salah satu suku Orang
Laut yang dipercayai berasal dari Pulau Nanga di Kepulauan Riau, Indonesia.
Suku ini masih wujud di Indonesia. Orang Nanga menggelar suku mereka sendiri
sebagai Orang Pulau Nanga.
|
|
Orang Posik.
|
Salah satu suku Orang
Laut yang dipercayai berasal dari Pulau Posik di Kepulauan Riau, Indonesia.
Orang Posik juga dikenali sebagai Orang Pusek atau Orang Persik.
Suku ini masih wujud di Indonesia di mana mereka kini menetap di
Pulau Posik, Pulau Singkep dan Pulau Dair. Orang Posik menganut kepercayaan
animisme. Dari segi kebudayaan dan cara hidup, mereka memiliki banyak
persamaan dengan suku Orang Mantang, suku Orang Tambus, suku Orang Sebarok
dan suku Orang Sengkanak.
|
|
Orang Sebarok.
|
Salah satu suku Orang
Laut yang dipercayai berasal dari Pulau Sebarok di Singapura. Kesemua ahli
suku ini telah berhijrah ke Pulau Daik dan Pulau Singkep di Kepulauan Riau
sebelum terbentuknya negara Indonesia.
Orang Sebarok menganut kepercayaan animisme. Dari segi
kebudayaan dan cara hidup, mereka memiliki banyak persamaan dengan suku Orang
Mantang, suku Orang Tambus, suku Orang Posik dan suku Orang Sengkanak.
|
|
Orang Sekah.
|
Salah satu suku Orang
Laut yang dipercayai berasal dari Sekah di Kepulauan Bangka-Belitung,
Indonesia. Orang Sekah juga dikenali sebagai Orang Sekak, Orang Sekat atau
Orang Sika.
Suku Orang Sekah masih wujud di Indonesia. Mereka menggunakan
bahasa Melayu loghat Bangka dalam pertuturan seharian. Tidak diketahui sama
ada mereka masih lagi tinggal di dalam sampan panjang atau telah menetap di
kawasan darat.
|
|
Orang Selat.
|
Salah satu suku Orang
Laut yang dipercayai berasal dari Kampong Selat Sengkir di Pulau Brani, Singapura.
Mereka adalah penduduk pribumi Singapura dan antara yang terawal menetap di
pulau tersebut.
Selepas Parameswara mengambil alih Pulau Temasik (Singapura)
dari Temagi, Orang Selat mula menumpukan kesetiaan terhadap pemimpin baru
mereka. Dianggarkan lebih separuh dari jumlah ahli suku Orang Selat yang
mengikut Parameswara menuju ke negeri Melaka di Semenanjung Tanah Melayu
(Semenanjung Malaysia).
Meskipun mereka bukan penduduk asal negeri Melaka, namun Orang
Selat adalah antara yang terawal menetap di negeri tersebut. Orang Selat yang
tinggal di Melaka telah memeluk agama Islam dan menjadi nenek-moyang kepada
masyarakat Melayu Melaka.
Menurut seorang ahli etnologi Gibson Hill, Orang Selat
dipercayai telah merentasi perairan sekitar Pelabuhan Keppel di Singapura
sejak awal abad ke-16 lagi. Orang Selat di Singapura terus kekal wujud
sehinggalah mereka pupus pada awal tahun 1930, setelah berasimilasi dengan
masyarakat Melayu melalui perkahwinan.
|
|
Orang Seletar.
|
Salah satu suku Orang
Laut yang dipercayai berasal dari Pulau Seletar dan Seletar, Singapura.
Mereka adalah penduduk pribumi Singapura dan antara yang terawal menetap di
pulau tersebut.
Suatu ketika dahulu, Orang Seletar pernah tinggal di sepanjang
ceruk paya bakau yang mengadap Selat Johor, terutama sekali di muara Sungai
Seletar, Singapura. Pada pertengahan abad ke-20, Sultan Abu Bakar dari Johor
telah memindahkan sebahagian besar Orang Seletar ke Sungai Pulai di barat
daya negeri Johor. Hanya sebahagian kecil dari jumlah suku tersebut yang terus
tinggal di Singapura.
Orang Seletar merupakan kumpulan Orang Laut yang terakhir di
Singapura. Pada awal 1930an, Orang Seletar yang menetap di sekitar Sungai
Kallang telah dipindahkan ke Kampong Melayu (kini dikenali sebagai Eunos) dan
akhirnya pupus setelah berasimilasi dengan masyarakat Melayu melalui
perkahwinan.
Sementara itu, Orang Seletar di Malaysia kini tinggal di kawasan
yang lebih teratur dan tersusun. Kawasan penempatan mereka tertumpu di
sekitar persisiran pantai di selatan negeri Johor seperti Kampung Bakar Batu,
Johor Bahru.
Orang Seletar secara tradisinya bergantung hidup kepada hasil
laut. Ini menyebabkan mereka sering hidup berpindah randah. Namun perubahan
dalam sosio-ekonomi telah merubah cara hidup mereka. Malah, ada di kalangan
mereka yang telah mengusahakan kedai makanan laut (seafood). Kini
kerajaan Malaysia telah mengkategorikan Orang Seletar sebagai salah satu dari
18 buah suku yang membentuk kaum Orang Asli di Malaysia.
|
|
Orang Sengkanak.
|
Salah satu suku Orang
Laut yang dipercayai berasal dari Pulau Daik dan Pulau Singkep di Kepulauan
Riau, Indonesia. Mereka berkemungkinan besar mempunyai hubungan persaudaraan
dengan suku Orang Kanaq di Malaysia.
Orang Sengkanak masih wujud di Indonesia. Mereka menganut
kepercayaan animisme. Dari segi kebudayaan dan cara hidup, mereka memiliki
banyak persamaan dengan suku Orang Mantang, suku Orang Tambus, suku Orang
Posik dan suku Orang Sebarok.
|
|
Orang Sugi.
|
Salah satu suku Orang
Laut yang dipercayai berasal dari Pulau Sugi, Pulau Sugibawah, Pulau Sugi
Darat dan Pulau Sugi Laut di Kepulauan Riau, Indonesia.
Mereka memainkan peranan penting sebagai pengayuh kapal-kapal
perang dalam masyarakat Kesultanan Johor-Riau. Suku ini sudah pupus setelah
berasimilasi dengan masyarakat Melayu melalui perkahwinan.
|
|
Orang Tambus.
|
Salah satu suku Orang
Laut yang dipercayai berasal dari gugusan Kepulauan Lingga di Kepulauan Riau,
Indonesia. Orang Tambus juga dikenali sebagai Orang Tambusa. Mereka memainkan
peranan penting sebagai penjaga anjing-anjing perburuan dalam masyarakat
Kesultanan Johor-Riau.
Suku ini masih wujud di Indonesia. Di Malaysia pula, suku ini
sudah pupus setelah berasimilasi dengan masyarakat Melayu melalui
perkahwinan.
|
|
Orang Teluk Nipah.
|
Salah satu suku Orang
Laut yang dipercayai berasal dari Teluk Nipah dan Pulau Nipah di Kepulauan
Riau, Indonesia. Suku ini masih wujud di Indonesia. Mereka beragama Islam dan
kini tinggal di kawasan darat.
Kehidupan Orang Teluk Nipah amat daif kerana kurangnya perhatian
dari pemerintah Indonesia. Mereka juga mendakwa segala janji yang diberikan
kepada mereka ketika pilihan raya tidak pernah ditunaikan oleh Gabenor Riau.
Akibat sering ditipu, Orang Teluk Nipah mengambil keputusan
untuk kembali hidup secara nomad di laut. Walau bagaimanapun, tindakan mereka
telah dihalang oleh pemerintah Indonesia.
|
|
ORANG TRONG.
|
Orang Trong (atau
Orang Terong) ialah salah satu suku Orang Laut yang berasal dari Pulau
Terong, sebuah pulau kecil yang terletak di Wilayah Kepulauan Riau,
Indonesia.
Suatu ketika dahulu, mereka pernah berperanan sebagai pengayuh
kapal-kapal perang dalam masyarakat Kesultanan Johor-Riau. Walau
bagaimanapun, suku ini dipercayai telah pupus setelah berasimilasi dengan
masyarakat Melayu melalui perkahwinan.
|
|
Orang Utan
|
||
ORANG MORO.
|
Orang Moro ialah salah
satu suku Orang Laut yang berasal dari Pulau Moro, Pulau Moro Darat, Pulau
Moro Laut dan Pulau Moro Tengah iaitu empat buah pulau kecil yang terletak di
Wilayah Kepulauan Riau, Indonesia. Walau bagaimanapun, suku ini dipercayai
telah pupus setelah berasimilasi dengan masyarakat Melayu melalui
perkahwinan.
|
|
Orang Sabimba.
|
Salah satu suku Orang
Laut yang dipercayai berasal dari negeri Johor di Semenanjung Malaysia.
Memandangkan suku ini tidak lagi ditemui di mana-mana termasuk di negeri
Johor sendiri, maka Orang Sabimba dianggap telah pupus.
Punca kepupusan Orang Sabimba tidak jelas. Mereka berkemungkinan
besar pupus akibat diserang wabak penyakit berjangkit atau pun telah
berasimilasi dengan masyarakat Melayu melalui perkahwinan.
|
Suatu ketika dahulu, terdapat pelbagai jenis suku kaum Orang Laut
yang menetap di selatan Semenanjung Malaysia. Mereka memainkan pelbagai peranan
penting dalam masyarakat Kesultanan Melaka dan Kesultanan Johor-Riau. Walau
bagaimanapun, kebanyakan daripada suku-suku Orang Laut di Semenanjung Malaysia
telah pun pupus akibat proses asimilasi dengan masyarakat Melayu melalui
perkahwinan.
Suku Mah Meri, suku Orang Kanaq, suku Orang Kuala dan suku Orang
Seletar merupakan kumpulan Orang Laut yang terakhir di Malaysia. Kini
keempat-empat suku tersebut telah dikategorikan oleh kerajaan Malaysia sebagai
sebahagian dari kaum Orang Asli.
Masyarakat Orang Laut di Malaysia tidak lagi tinggal dalam sampan
panjang atau berkelana di laut seperti yang dilakukan oleh nenek-moyang mereka
terdahulu. Mereka kini menetap di kawasan darat Semenanjung Malaysia dan
memiliki kawasan perkampungan mereka sendiri. Kawasan penempatan mereka
terdapat di sekitar negeri Johor dan Selangor. Selain itu, hasil dari
pembangunan yang dibawa oleh pihak kerajaan Malaysia telah memberi peluang
kepada masyarakat Orang Laut untuk menikmati kehidupan yang lebih selesa.
Suatu ketika dahulu, terdapat pelbagai jenis suku kaum Orang Laut
yang menetap di Pulau Singapura dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Antaranya
ialah Orang Biduanda Kallang, Orang Gelam, Orang Kopit, Orang Sebarok, Orang
Selat, Orang Seletar dan Orang Galang. Mereka memainkan pelbagai peranan
penting dalam masyarakat Kesultanan Melaka dan Kesultanan Johor-Riau.
Walau bagaimanapun, kesemua suku-suku tersebut kini telah pun
pupus akibat proses asimilasi dengan masyarakat Melayu melalui perkahwinan.
Rata-rata masyarakat Melayu di Singapura pada hari ini memiliki darah kaum
Orang Laut.
§ Orang Kaya Seri Bija
Wangsa -
seorang pembesar Johor-Riau berketurunan Orang Laut dari Riau-Lingga.
Orang Laut pada asalnya adalah sebangsa dengan Orang Darat. Perbezaan di antara kedua-dua kumpulan ini hanya satu - tempat
tinggal. Orang Laut tinggal di dalam sampan panjang di atas laut sedangkan
Orang Darat tinggal di sekitar pedalaman di atas darat.
Langganan:
Postingan (Atom)